Minggu, 08 Mei 2011

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 1 PULAU BALANG LOMPO)

I . PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, sosial budaya maupun dunia pendidikan (Sabri, 2007). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan-perbaikan, perubahan–perubahan, dan pembaharuan terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan (Priyatno, 1994). Pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas untuk mengembangkan potensi dan karakter, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup yang dihadapi, memiliki keterampilan, mampu berpikir kritis,  kreatif, dan inovatif (Sanjaya, 2006).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran matematika. Strategi, metode atau model pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Model ini merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan kata lain model pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk lebih banyak  berinteraksi dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Slavin (1995) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai dengan 1986. Slavin menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar dan hasilnya 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas yang diajar dengan pembelajaran kooperatif menujukkan hasil belajar yang siknifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah tipe STAD (student teams achievement divisions). Model pembelajaran kooperatif juga dapat dijadikan suatu metode belajar mengajar yang baik sebab mampu melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Keaktifan dalam proses belajar dan hasil belajar merupakan masalah yang dihadapi diberbagai sekolah. Masalah ini malah lebih banyak dirasakan lagi di dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Pulau Balang Lompo diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika siswa masih dikategorikan rendah. Hal ini  ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang remedial atau ujian pengulangan karena belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan berlaku di sekolah tersebut. 
Menurut guru bidang studi matematika, masalah yang dihadapi selain rendahnya hasil belajar matematika siswa dan banyaknya siswa yang remedial, antara lain: masih banyak siswa yang melakukan kegiatan lain atau menggangu temannya pada saat proses belajar-mengajar; siswa masih bersikap acuh tak acuh terhadap teman satu kelasnya; masih banyak siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan; dan masih ada pula siswa yang keluar masuk kelas dengan alasan ke WC padahal mereka ingin ke kantin bukan pada jam istirahat.
Guru bidang studi matematika sebenarnya sudah menerapkan model  pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, namun dinilai kurang efektif. Hal ini disebabkan karena pembagian kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, peneliti mengambil pembelajaran kooperatif tipe STAD karena tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga waktu pembelajaran tidak hanya untuk membagi kelompok, tetapi waktu tersebut dapat digunakan siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dan guru lebih banyak waktu untuk membimbing siswa.
Piaget (Suherman: 2003) mengungkapkan bahwa siswa SMP dan SMA yang berada pada usia lebih dari 11 tahun berada dalam tahap operasi konkrit. Pada tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Ia telah memiliki kemampuan untuk melakukan operasi yang menyatakan hubungan. Jadi anak pada tahap operasi konkrit tidak lagi berhubungan dengan ada-tidaknya benda-benda konkrit, apakah situasinya disertai oleh benda-benda konkrit atau tidak, bagi siswa pada tahap berfikir konkrit tidak menjadi masalah.
Model pembelajaran kooperatif  tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap siswa serta terjadi hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) memungkinkan siswa belajar lebih aktif, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Model pembelajaran kooperatif cocok digunakan siswa SMP dan SMA karena guru tidak lagi menggunakan benda-benda konkrit dalam mengajar, tetapi guru hanya memberikan informasi.
Memperhatikan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Pulau Balang Lompo).
Model pembelajaran kooperatif  tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) juga sejalan dengan tuntutan penerapan Kurikulum 2004 yang bersifat konstruktivisme yang mengharapkan pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri. Pencapaian tujuan pendidikan ini  harus dituangkan ke dalam kurikulum. Oleh karena itu diterbitkanlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.
B.  Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pulau Balang Lompo, yang meliputi:
1.    Bagaimana interaksi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung?
2.    Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan?
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VII di SMP Negeri I Pulau Balang Lompo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari aspek teoretis dan aspek praktis. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1.    Aspek Teoretis
a.       Menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pendidikan dan pembelajaran khususnya mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam proses pembelajaran matematika.
b.      Dapat digunakan sebagai referensi atau rujukan bagi penelitian terkait.
2.    Aspek Praktis
a.       Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan salah satu acuan bagi guru matematika dalam memilih pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka:
1.      Siswa dapat lebih aktif belajar baik secara berkelompok maupun secara mandiri.
2.      Siswa dapat meningkatkan hubungan sosial sesama temannya sehingga timbul suasana kelas yang menyenangkan untuk belajar.
c.       Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan penelitian ini.
d.      Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pola pembinaan peningkatan profesionalisme guru.
e.   Bagi pemerintah daerah melalui dinas pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan kebijakan peningkatan kualitas pendidikan dan profesionalisme guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar